Sejak dulu rotan sudah tercatat sebagai hasil hutan non kayu yang sangat bermanfaat bagi penduduk, terutama untuk para petani dan pengrajin mebel. Rotan merupakan jenis tanaman menjalar yang terkesan lebih ringan dan elastis daripada material kayu. Lama pengerjaan aneka mebel dengan memanfaatkan kayu rotan dinilai lebih cepat dan bahkan kerajinan yang terbuat dari rotan mempunyai nilai jual lebih ekonomis sehingga lebih mudah dijangkau semua lapisan masyarakat.
Semakin tingginya harga mebel material kayu, tak lain merupakan suatu alasan utama mengapa rotan sangat direkomendasikan dijadikan alternatif. Rotan terkesan lebih natural dan bisa dipadukan dengan berbagai macam desain bangunan. Para pengrajin sendiri tentunya juga lebih menyukai membuat berbagai perabotan yang terbuat dari rotan. Alat yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan sendiri terhitung tidak lebih banyak dan proses finishing juga tidak membutuhkan waktu lama.
Sifat Rotan
Rotan mempunyai sifat dasar berbeda dengan kayu. Rotan digolongkan flora subdivisi Angiospermae kelas Monokotil dan sementara kayu sendiri tergolong subdivisi Gymnospermae kelas Dikotil. Meskipun tidak berbeda dalam segi pertumbuhan primer oleh meristem apikal pada pucuk, namun keduanya mempunyai sifat anatomi, sifat kimia, sifat fisik, sifat mekanis dan sifat keterawetan berbeda.
- Sifat anatomi
- Struktur anatomi batang tubuh rotan sudah pasti bisa dikenali secara kasat mata. Dimana tingkat keawetan atau kekuatan batang rotan tergantung ukuran pori serta dinding sel serabut yang saling berkaitan dan tergantung tingkat pengolahan dari awal hingga tahap finising. Berdasarkan penelitian mikroskopik, rotan mempunyai jaringan dasar yakni kulit, parenkim dasar dan ikatan pembuluh.
- Sifat Kimia
- Mengetahui struktur kimia rotan bersifat cukup penting yang mana hal ini juga cukup berpengaruh dalam proses pengolahan mulai dari proses proses pembelahan, pembengkokan, pemutihan dan finishing. Secara garis besar rotan mempunyai 3 komponen kimia yakni selulosa, lignin dan zat ekstraktif.
- Zat selulosa yang didapat dari proses fotosintesis memungkinkan rotan dan mengembang maupun mengerut. Kandungan selulosa rotan berkisar antara 38 – 60%. Ketika dalam proses pengerjaan hingga tahap finishing, selulosa pada rotan sangat sensitif terhadap kimia Hidrogen peroksida (H2O2) yang umumnya digunakan sebagai oksidator, zat pemutih, dan antiseptik.
- Zat lignin 18 - 35% yang terkandung dalam rotan bisa dikatakan sebagai sumber kekuatan yang menompang rotan. Layaknya semen pada konstruksi bangunan, sifat kimia lignin tidak bewarna dan mudah dioksidasi dengan hidroksida logam dan oksidator lain. Reaksi kimia ini sendiri biasanya kerap dimanfaatkan untuk tujuan pemutihan.
- Zat ekstraktif yang terkandung dalam rotan relatif lebih tinggi daripada kayu. Kadar organik dan anorganik dengan berat molekul rendah merupakan sumber makanan bagi biota dan jamur. Dimana ketika sel-sel tua dan mati cairan zat ekstraktif akan menempel pada dinding sel berupa berupa getah, lilin, zat warna, gelatin, gula-gula, mineral dan silika. Zat ekstraktif rotan berada pada angka 12- 13% lebih tinggi daripada kayu yang hanya berkisar ± 9% saja.
- Sifat Fisik
- Warna
- Meskipun rotan termasuk jenis tanaman dengan banyak jenis, namun umumnya rotan tidak mempunyai sisi perbedaan dalam segi warna batang. Umumnya batang rotan hidup mempunyai warna kunig kehijauan. Akan berbeda lagi ketika selaput silika pada rotan terkelupas, maka warnanya akan berubah putih dan terlebih lagi ketika dilakukan proses pemutihan pada tahap finishing.
- Setelah memasuki tahap pengeringan dan pengasapan menggunakan belerang, maka warna batang rotan akan berubah kuning langsat. Hasil warna pada proses ini sendiri tentunya berbeda dengan jenis rotan semambu dan rotan rotan buyung yang mana memang mempunyai dasar warna cokelat kuning.
- Disamping warna kulit, bagian warna yang cukup penting diperhatikan ialah warna hati. Misalnya pada jenis rotan umbulu bewarna putih bersih dan rotan tohiti yang bewarna keabu-abuan.
- Kilap
- permukaan batang rotan akan tampak mengkilap ketika menerima baik proses struktur zat ekstraktif, kandungan lemak, kandungan air dan sudut datangnya sinar. Begitupun sebaliknya, ketika terlalu banyak kandungan air, minyak dan lemak akan membuat warna terlihat gelap.
- Bau dan Rasa
- Tidak begitu menyengat namun kesegaran bau rotan dapat dirasakan ketika belum lama panen atau rotan masih dalam keadaan basah.
- Berat
- Keterangan berat rotan dapat dilihat ketika rotan sudah melewati proses penggorengan dan pengeringan. Dimana berat suatu rotan tergantung kandungan air dan zat ekstraktif di dalamnya. Kualitas titik jenuh serat rotan yang baik sekitar 15% hingga 30%.
- Kekuatan
- Daya tahan tekan dan daya keelastisan rotan sudah sangat dikenal cukup, sehingga hal ini sendiri merupakan suatu alasan mengapa adanya industri kerajinan rotan. Sifat ini sendiri mempunyai tingkatan kualitas tergantung umur panen dan kadar air.
- Diameter Rotan (terdapat 2 kriteria)
- dikatakan kriteria rotan diameter kecil ialah ukurannya tidak lebih dari 18 mm. Jenis rotan diameter kecil yang biasa diperjual-belikan sendiri diantaranya pulut merah, pulut putih, sega, sega air, ronti, sabut, batu, lilin, jermasin, manau padi dan sebagainya.
- Kategori diameter rotan besar umumnya berukuran di atas 18mm seperti jenis rotan manau, semambu, wilutang, dahan, tohiti, tiga juru, minong, telang, lambang dan sebagainya.
Wilayah Penyebaran Rotan
Dalam jurnal Phytotaxa yang ditulis oleh Henderson 2020, kayu rotan tercatat terdapat pada kasawan ekologis dan geografis lebih kecil daripada okezona. Kawasan yang dimaksud hasil studi taksonomi rotan terbaru itu sendiri meliputi Afro-India, Indo-Burma, Sundaland, Philippines, Wallace dan Sahul. Jika dikumpulkan terdapat 411 jenis rotan dan hitungan tersebut sudah termasuk 38 jenis rotan yang baru ditemukan.
Asia Tenggara temasuk wilayah hutan hujan tropis dengan berbagai macam sub-spesies rotan. Di Indonesia sendiri kurang lebih terdapat 225 jenis yang tersebar di berbagai wilayah. Daerah konsentrasi penghasil rotan yang ada di tanah air sendiri meliputi Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Rotan umumnya tumbuh di daerah pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian antara 300 - 1000 meter di bawah permukaan laut (dpl).
Budidaya Rotan
Mengacu pada pada jenis rotan yang paling laku di Indonesia dan berbedasarkan hasil penelitian lembaga PUSKONSER pada 2013 di Katingan, Kalimantan Tengah. Ada 23 jenis dan 5 jenis rotan diantaranya menjadi andalan masyarakat setempat beberapa diantaranya rotan rotan sega (Calamus caesius Blume), rotan irit (C. trachycoleus Beccari), rotan cacing (C. javensis Blume), rotan manau (Calamus manan Miquel) dan rotan tatuwu (C. scipionum Lour.)
Penelitian yang dilakukan di lokasi hutan rakyat tersebut, menghasilkan beberapa poin yakni masa pertumbuhan dari semua 5 jenis rotan tersebut cukup baik dengan persentase hidup 80%. Selain di kalimantan Tengah, semua jenis yang disukai oleh masyarakat Katingan tersebut juga banyak ditemukan di daerah lain di Indonesia seperti Sumatera dan Jawa.
Cara Budidaya Rotan
- Pengadaan Biji
Ciri buah rotan yang sudah siap semai sendiri umumnya mempunyai beberapa kriteria. Selain warna hijau kekuning-kuningan, juga terdapat warna maroon dan cokelat kehitaman. Meskipun mempunyai kriteria perbedaan warna berdasarkan jenisnya, namun sifat biji buah rotan sendiri terbilang sama yakni seluruhnya bersifat keras.
Ciri rotan yang berkualitas baik sendiri bisa dibilang juga mudah didapatkan di sekitaran pohon induk. Benih yang sudah tua bisanya akan sendirinya berguruan ke tanah pada saat musim kemarau. Selain itu, buah juga bisa langsung dipetik dari pohon induknya kemudian dimasukkan ke dalam karung goni basah. Kemudian kulit dan daging buah bisa langsung direndam maksimal 2 x 24 jam dan bisa langsung siap semai.
- Proses Semai
Hampir tidak berbeda dengan tanaman kayu, proses semai biji rotan tidaklah begitu sulit. Benih yang sudah dimasukkan media tanam sebaiknya ditempatkan ditempat yang sedikit teduh atau tidak langsung terkena paparan sinar matahari. Bisa ditempatkan di tempat lapang atau perkarangan rumah lalu dibuat pagar secara melingkar dengan tingkat keluasan tertentu kemudian gunakan paranet sebagai pelindung dari sinar matahari yang terik.
- Penanaman Bibit Rotan
- Pemeliharaan
Cepat atau tidaknya pertumbuhan bibit yang ditanaman sendiri semua tergantung banyak faktor. Selain faktor cuaca dan kondisi lahan, pertumbuhan rotan sendiri juga bisa terganggu oleh berbagai hama dari hewan. Tentunya tetap ada penanganan khusus untuk mengendalikan hama seperti pemberian pestisida untuk meminimalisirnya. Beberapa jenis hewan yang biasa menyerang tanaman rotan sendiri meliputi kumbang, belalang, ulat dan sebagainya.
Jenis Rotan Komersial Yang Ada di Indonesia
Sumatera
- Manau, diameter 18/44 mm
- Sega loonti
- Jerimasin
- Tabu-tabu, ⌀ 18/36 mm
- Mawi, ⌀ 16/28 mm
- Giok-giok, ⌀ 16/28 mm
- Lacak
Pulau Sulawesi
- Batang, ⌀16/48 mm
- Manuk putih, ⌀ 16/38 mm
- Lambang, ⌀10/24 mm
- Tohiti, ⌀ 10/34 mm
- Manuk merah, ⌀ 14/36 mm
- Umbulu, ⌀ 10/24 mm
- Pato, ⌀ 28/50 mm
- Paik, ⌀10/20 mm
- Tarumpu, ⌀ 16/32 mm
- Botol, ⌀ 14/38 mm
- Ubang, ⌀ 14/38 mm
- Barakcung, ⌀ 14/24 mm
- Lebanga
- Moli, ⌀ 14/24 mm
- Tanah (ape), ⌀ 10/20 mm
- Jemasin (ronti), ⌀ 6/16 mm
- Sabutang, ⌀ 8/16 mm
- Anduru, ⌀ 6/16 mm
- Putih (paloe), ⌀ 6/18 mm
- Taimanuk, ⌀ 10/18 mm
- Datu merah, ⌀ 2/5 mm
- Datu putih, ⌀ 3/7 mm
- Katak merah, ⌀ 12/20 mm
- Katak putih, ⌀ 12/20 mm
- Pulau Kalimantan
- Sega (Kooboo), ⌀ 6/16 mm
- Pulut merah, ⌀ 2/5 mm
- Sarang buaya
- Tunggal, ⌀ 18/42 mm
- Pulut putih, ⌀ 3/6 mm
- Semambu, ⌀ 18/34 mm
- Jalayan, ⌀ 20/42 mm
- Batu, ⌀ 10/24 mm
Pulau Jawa
- Suti, ⌀ 20/34 mm
- Manis/Banyuwangi, ⌀ 18/34 mm
Manfaat Rotan Bagi Manusia
Rotan merupakan tanaman yang umumnya hanya digunakan pada bagian batangnya saja. Bahan baku pembuatan mebel seperti meja, kursi dan ornamen interior lain kebanyakan memang diambil dari bagian batang. Hanya saja ada beberapa bagian dari rotan lain yang notabenya juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan lain. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pengolahan rotan dari ketika panen sampai barang jadi.
Rotan mentah
Bisa dibilang rotan yang masih basah atau belum lama ditebang. Biasanya terlihat masih terdaat getah yang menempel dan kulitnya berkrolofil bewara hijau kekuningan. Rotan yang masih belum melewati proses penggorengan.
Rotan Asalan
Rotan yang sudah melewati proses penggorengan, penjemuran dan pengeringan. Kulit berlapisan silikat serta mempunyai ciri bewarna cokelat kekuningan dan warna kuning itu sendiri merupakan getah yang sudah kering.
Rotan natural washed & sulphured (W/S)
Rotan poles
Hati rotan
Kulit rotan
Getah Rotan
Buah Rotan
- Getah rotan kerap diperjual belikan untuk bahan baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak tannin, dan sebagainya
Serbuk rotan
- Serbuk rotan kerap dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan briket maupun pembuatan obat nyamuk
Jika dilihat dari proses tahapan pengerjaannya, mungkin hampir mirip dengan material kayu. Dimana semua tergantung konsumen apakah mau membeli produk jadi atau bahan belum jadi. Misalnya untuk harga log kayu mentah dan harga kayu gergajian sudah pasti berbeda. Begitupun dengan harga rotan itu sendiri, semua juga tergantung tingkat pengolahannya.
Jenis Buah Rotan
Banyak hal yang mendasari keseriusan pemerintah atau masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran hutan tropis dalam mengembangkan potensi rotan. Tanaman rotan sendiri tentunya mempunyai segudang manfaat yang sifatnya tidak hanya bisa dimanfaatkan batangnya saja. Dimana ada beberapa jenis rotan yang bisa dimanfaatkan buahnya dan salah satunya ialah rotan jernang.
Berdasarkan catatan Puslitbang PHKA Dephut RI, buah jernang merupakan hasil sumber daya alam huttan non kayu yang sudah sangat terkenal di dunia perdagangan dunia dengan istilah dragon’s blood. Rotan jernang merupakan tanaman yang mempunyai buah mengandung resin yang sudah banyak digunakan dalam berbagai perindustrian. Resin yang terdapat pada getah buah jernang bermanfaat sebagai bahan baku pewarna dalam industri porselen, marmer, cat pernis, dan sebagai bahan baku industri obat herbal dalam penanganan penyakit pendarahan (blooding) dan penyembuhan luka dalam maupun luka luar.
Upaya Perlindungan dan Pengembangan Tanaman Rotan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, tentunya hal ini diharapkan bisa dimanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat. Inti dari surat keputusan tersebut secara garis besar melegalkan masyarakat untuk mengelola hutan lewat program perhutanan sosial yang ditargetkan mencapai 4,3 juta ha.
Siapa Yang Berhak Mendapatkan Akses Program Perhutanan Sosial?
- Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD / Lembaga Adat)
- Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi
- Masyarakat Hukum Adat
- Masyarakat Lembaga Hutan Desa (LMDH)
Rotan adalah tumbuhan merambat secara liar yang mempunyai ragam jenis. Tidak hanya digunakan dalam perindustrian bahan baku pembuatan mebel saja, rotan juga merupakan sumber komuditas masyarakat untuk memenuhi kegiatan sehari-hari. Mulai dari segi kebudayaan maupun pengobatan. Di Kalimantan tengah, umbut rotan juga dipercaya oleh masyarakat dayak dapat menyembuhkan penyakit hipertensi.